Selasa, 12 April 2016

UNIT KEGIATAN BUDIDAYA IKAN

KOLAM TANAH DI AREAL PERSAWAHAN DAN
KOLAM TERPAL
BUDIDAYA IKAN LELE 



Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang sanggup hidup dalam kepadatan tinggi. Ikan ini memiliki tingkat konversi pakan menjadi bobot tubuh yang baik. Dengan sifat seperti ini, budidaya ikan lele akan sangat menguntungkan bila dilakukan secara intensif.
Terdapat dua segmen usaha budidaya ikan lele, yaitu segmen pembenihan dan segmen pembesaran. Segmen pembenihan betjuan untuk menghasilkan benih ikan lele, sedangkan segmen pembesaran bertujuan untuk menghasilkan ikan lele siap konsumsi. Pada kesempatan kali ini alamtani akan membahas tahap-tahap persiapan budidaya ikan lele segmen pembesaran.
Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan untuk tempat budidaya ikan lele. Setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya. Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan kondisi lingkungan, ketersediaan tenaga kerja dan sumber dana ada.
Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah kolam tanah, kolam semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba. Namun dalam artikel ini kita akan membahas kolam tanah, mengingat jenis kolam ini paling banyak digunakan oleh para peternak ikan. Sebagai pengetahuan tambahan, silahkan baca cara membuat kolam ikan. Tahapan yang harus dilakukan dalam menyiapkan kolam tanah adalah sebagai berikut:

PENGERINGAN DAN PENGOLAHAN TANAH
Sebelum benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih dahulu. Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya sinar matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah retak-retak, kolam bisa dianggap sudah cukup kering.
Pengeringan kolam bertujuan untuk memutus keberadaan mikroorganisme jahat yang menyebabkan bibit penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa bekembang dari periode budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan dan penjemuran, sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati.
Setelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan cangkul. Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah.
Bersamaan dengan proses pembajakan, angkat lapisan lumpur hitam yang terdapat di dasar kolam. Lumpur tersebut biasanya berbau busuk karena menyimpan gas-gas beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas itu terbentuk dari tumpukan sisa pakan yang tidak dimakan ikan.

PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN
Pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit atau kapur tohor.
Pengapuran dilakukan dengan cara ditebar secara merata di permukaan dasar kolam. Setelah ditebari kapur, balik tanah agar kapur meresap ke bagian dalam. Dosis yang diperlukan untuk pengapuran adalah 250-750 gram per meter persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah semakin banyak kapur yang dibutuhkan.
Langkah selanjutnya adalah pemupukan. Gunakan paduan pupuk organik ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organik yang dianjurkan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos. Dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan pupuk kimianya adalah urea dan TSP masing-masing 15 gram dan 10 gram per meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota air seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna untuk makanan alami ikan lele.
 

PENGATURAN AIR KOLAM
Pada musim penghujan kita hanya cukup menggunakan air irigasi dari sawah, sedangkan pada musim kemarau atau saat debit air kurang, kita bisa menggunakan air dari sumur bor yang kita buat dilokasi kolam persawahan. Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian kolam dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan air sampai batas 30-40 cm. Biarkan kolam tersinari matahari selama satu minggu.
Dengan kedalaman seperti itu, sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton berwarna kehijauan.
Setelah satu minggu, benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal.

PEMILIHAN BENIH IKAN LELE
Tingkat kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas benih yang ditebar. Ada beberapa jenis ikan lele yang biasa dibudidayakan di Indonesia. Silahkan baca lebih lanjut mengenai jenis-jenis ikan lele budidaya.
Kami merekomendasikan jenis ikan lele Sangkuriang yang dikembangkan BBPBAT Sukabumi. Ikan lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan dari lele dumbo. BBPBAT mengembangkan ikan lele sangkuriang karena kualitas lele dumbo yang saat ini beredar di masyarakat semakin menurun dari waktu ke waktu.
Benih ikan lele bisa kita dapatkan dengan cara membeli atau melakukan pembenihan ikan lele sendiri. Untuk membuat pembenihan sendiri silahkan baca cara pembenihan ikan lele dan teknik pemijahan ikan lele.
SYARAT BENIH UNGGUL
Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Ciri-ciri benih yang sehat gerakannya lincah, tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan tubuhnya, bebas dari bibit penyakit dan gerakan renangnya normal. Untuk menguji gerakannya, tempatkan ikan pada arus air. Jika ikan tersebut menantang arah arus air dan bisa bertahan berarti gerakan renangnya baik.
Ukuran benih untuk budidaya ikan lele biasanya memiliki panjang sekitar 5-7 cm. Usahakan ukurannya rata agar ikan bisa tumbuh dan berkembang serempak. Dari benih sebesar itu, dalam jangka waktu pemeliharaan 2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi sebesar 9-12 ekor per kilogram.
CARA MENEBAR BENIH
Sebelum benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terlebih dahulu. Caranya, masukan benih dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam kolam. Biarkan selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu kolam sebagai lingkungan barunya. Miringkan wadah dan biarkan benih keluar dengan sendirinya. Metode ini bermanfaat mencegah stres pada benih.
Tebarkan benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400 ekor per meter persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi jumlah benih yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm saat benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan bisa menjangkau permukaan air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian kolam berikutnya disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai ketinggian air yang ideal.
MENENTUKAN KAPASITAS KOLAM
Berikut ini cara menghitung kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele secara intensif. Asumsi kedalaman kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele yang dianjurkan adalah 200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran 3 x 4 meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor, maksimal (3×4) x 400 = 4800 ekor.
Catatan: kolam tanah kapaistasnya lebih sedikit dari kolam tembok.
PAKAN UNTUK BUDIDAYA IKAN LELE
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding pertumbuhan daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan.
Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan pabrik terasa mahal, silahkan coba membuat sendiri pakan lele alternatif.


PEMBERIAN PAKAN UTAMA

Anjuran pemberian Pakan Lele secara Tepat dan Benar - Cara memberi pakan (makanan) dengan anjuran yang tepat dan benar pada ikan lele adalah faktor terpenting dalam memelihara ikan lele.
Pada prinsipnya, terdapat cara-caranya yang disebut dengan Tiga Tepat. Apa itu Tiga Tepat? Tepat Jenis, Tepat Waktu dan Tepat Jumlah.
Tepat jenis : memberikan pakan dari pakan yang dipilih secara tepat dan benar.
Tepat waktu : pemberian pakan harus sesuai dengan waktu pada saat lele seharusnya mengkonsumsi pakan.
Tepat jumlah : pemberian pakan yang diberikan pada saat lele mengkonsumsi pakan harus tepat dan sesuai jumlah / takaran. Tidak boleh lebih.
Pada umumnya, yang sering terjadi pada dunia budidaya ikan lele, pelet adalah pilihan jenis pakan yang sering dipilih. Mengapa harus pelet sih, mas?
Pelet adalah pakan yang sangat praktis dan memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik. Pelet pun memiliki variasi ukuran yang berbeda-beda, Anda bisa menyesuaikan dengan ukuran ikan lele Anda.
Ukuran variasi tersebut memiliki ukuran diameter : 1 milimeter, 2 milimeter, 3 milimeter dan 4 milimeter.
Ada pun beberapa jenis pakan yang bisa Anda gunakan selain dari pelet adalah keong mas, bekicot cacing tanah dan pakan yang bisa Anda peroleh dari rumah tangga, pemotongan hewan dan peternakan ayam.
Menurut pebisnis yang telah sukses mengarungi dunia bisnis usaha ikan lele, pada prinsip utamanya, pemberian pakan pada ikan lele harus sesuai dengan slogan, "Berilah pakan sampai kenyang.." Anda kebingungan?
Biar tidak bingung, seperti ini penjelasannya. Pemberian pakan utama, diberikan sebanyak 2% sampai dengan 5% perhari. Anda juga harus melihat dari bobot / berat badan ikan lele yang Anda ternak saat ini.
Sebagai contoh agar Anda lebih mudah memahaminya, misalnya Anda memiliki ternak ikan lele dengan jumlah 3000 ekor, setiap ekor memiliki bobot 50 gram, maka pakan utama yang tepat dan benar yang harus Anda berikan adalah 3000 ekor - DIKALI - 50 gram per ekor - DIKALI - 2% sampai dengan 5% yaitu 3 kilogram sampai dengan 7,5 kilogram.
Jika Anda merasa kekurangan dalam memenuhi pakan tersebut, beberapa diantaranya sebagai alternatif pelet yang saya sebut diatas adalah bisa Anda dijadikan pengganti.
Pada umumnya, pemberian pakan pada ikan lele diberikan 3 kali sehari, pagi hari, siang hari dan malam hari. Ada pun sebagai informasi lebih lanjut, berikan pakan tersebut pada saat suhu hari sedang dalam keadaan rendah / dingin.
Mengapa harus dalam keadaan dingin? Ketika pada suhu dingin, biasanya ikan lele akan sangat aktif bergerak. Berbeda hal jika pada suhu tinggi / panas, ikan lele lebih memilih bersembunyi dan beristirahat.
Dibawah ini, ada beberapa poin penting dalam pemberian pakan ikan lele. Apa sajakah itu?
1. Bila ikan lele yang Anda budidayakan tersebut mengkonsumsi pelet, alangkah baiknya jika Anda merendam terlebih dahulu pelet tersebut agar mengembang.
Mengembang biasanya identik dengan kelembutan, lembek atau lunak. Ini semua agar pencernaan ikan lele yang Anda miliki tidak bermasalah.
2. Sesuaikan juga ukuran mulut ikan lele yang Anda miliki dengan ukuran diameter ikan lele yang Anda miliki. Untuk ukuran, sudah saya sebut diatas seperti 1 mm, 2 mm, 3 mm hingga 4 mm.
3. Disaat ikan lele yang Anda miliki akan dijual atau dipanen, alangkah baiknya sebagai mengurangi penekanan dalam hal biaya pakan lele, Anda bisa mengurangi pakan lele yang Anda berikan.
PENGELOLAAN AIR
Air untuk budi daya lele bisa berasal dari berbagai sumber seperti sungai, saluran irigasi, danau, kolam, dan sumur bor/gali. Bahkan, air hujan pun bisa digunakan, tetapi perlu diberi perlakuan khusus sebelum digunakan karena kadar asamnya yang tinggi dan suhunya yang dingin. Air tersebut tidak boleh tercemar oleh limbah seperti oli, minyak, bahan kimia, logam berat, atau limbah lain yang membahayakan kehidupan lele. Persyaratan air yang berkualitas baik yaitu warnanya bening, tidak berbau, tidak tercemar, pH antara 5,5-7,5, kandungan zat besinya rendah, dan tidak mengandung merkuri.
Untuk air yang berasal dari sungai atau irigasi, bisa langsung dialirkan ke kolam budidaya asalkan memenuhi persyaratan budi daya, yaitu tidak tercemar limbah. Sementara itu, untuk air hujan dan air sumur biasanya harus ditampung terlebih dahulu. Tujuannya agar bahan-bahan organik mengendap dan air bisa digunakan. Biasanya, air sumur mengandung besi (Fe) yang cukup tinggi sehingga pengendapannya minimal 2-3 hari agar kandungan besinya mengendap.

BUDIDAYA IKAN GURAME


Kegiatan pembesaran merupakan lanjutan dari pendederan. Benih dari pendederan akan dibesarkan hingga mencapai ukuran konsumsi dengan bobot rata-rata 500 g/ekor. Namun, ada juga konsumen tertentu yang menginginkan gurami berukuran di ata 1 kg/ekor. Tahap pembesaran dimulai dari benih sebesar korek api atau benih ukuran 7-8 cm hingga mencapai ukuran konsumsi.

Pembesaran Ikan Gurame di Kolam Tanah
Kolam yang digunakan adalah kolam tanah yang berpematang tembok atau tanah. Ukuran kolam yang digunakan 100-500 m2 dengan kepadatan tebar 20 ekor/m2. Tinggi air dalam kolam 70 cm dengan debit air yang masuk ke kolam 15-20 liter/menit.

Persiapan kolam
Persiapan kolam diawali dengan pengeringan selama tiga hari hingga tanah tampak retak. Artinya, tanah sudah benar-benar kering dan bebas dari bibit penyakit. Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air sebaiknya dipasangi saringan air untuk mencegah masuknya binatang yang dapat menjadi hama bagi gurami. Kolam perlu dipupuk dengan pupuk kandang dari kotoran ayam yang sudah kering sebanyak 500 g/m2, dan kapur sebanyak 25 g/m2.

Perawatan dan pemberian pakan
Perawatan sehari-hari pada tahap pembesaran hampir sama dengan tahap pendederan. Pakan buatan berupa pelet yang mengandung 25% protein diberikan setiap harinya sebanyak 1% dari total bobot benih. Frekuensi pemberiannya 2-3 kali, yakni pukul 07.00, 11.00, dan 13.00. Sementara itu, pakan tambahan yang diberikan berupa daun sente. Pakan tambahan ini diberikan setiap hari pada pukul 17.00 sebanyak 10% dari total bobot benih.

Lama pembesaran
Untuk menghasilkan gurami sebesar bungkus rokok atau 10-12 ekor/kilo dibutuhkan waktu 75-100 hari. Gurame sebesar ini sudah dapat dipanen dan dijual atau dibesarkan lagi sampai 90-100 hari hingga mendapatkan gurame konsumsi ukuran 500 g/ekor.

Pengaturan pada kolam berukuran besar
Jika dibandingkan kolam pembesaran yang berukuran besar, misalnya di atas 500 m2 kepadatan gurami perlu dikurangi hingga menjadi 10 ekor/m2. Selain itu, tinggi air juga dinaikkan menjadi 80 cm, dan debit air masuk 20 liter/menit. Pakan buatan diberikan dua kali sehari, yakni pukul 08.00 dan 13.00. Pada kolam yang luas, kandungan protein pada pelet yang diberikan cukup 20% dari bobot ikan. Daun sente yang diberikan pada sore hari pukul 16.00. Permanen gurami yang dibesarkan di kolam tanah dilakukan dengan mengeringkan sebagian air kolam. Setelah itu, gurami dipanen dengan menggunakan jaring.

Pembesaran Ikan Gurame dalam Bak Semen
Pembesaran dalam bak semen dilakukan jika lahan terbatas. Namun, pembesaran dalam bak semen relatif lebih terkontrol dibandingkan dengan di karamba jaring apung atau di kolam tanah. Ukuran bak semen biasanya 4 x 4 m dan tinggi 1,75 m dengan tinggi air 150 cm. Pemakaian bak yang lebih kecil dapat membahayakan kondisi gurami karena akan berebut pakan dan oksigen dengan gurami lainnya. Selain itu, tubuh gurame dapat rusak akibat terlalu sering terjadi gesekatan dengan dinding kolam.

Penebaran benih
Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat cuaca teduh dan suhu stabil. Padat tebar benih 7 ekor/m2 untuk benih ukuran 100 g/ekor. Selama masa pemeliharaan, benih diberi pakan berupa pelet yang mengandung 25-30% protein. Pakan tersebut diberikan dengan dosis 3% dari total bobot benih. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap saat pagi, siang, dan sore hari. Jika gurami masi terlihat ingin makan, pemberian pakan dapat ditambah intensitasnya.


Pemberian pakan dan perawatan
Pakan sebaiknya diberikan sedikit demi sedikit, supaya dapat disantap dengan baik oleh gurame. Gurame yang telah kenyang biasanya akan meninggalkan lokasi penebaran pakan. Selain pelet, gurami juga diberi pakan tambahan berupa daun sente, daun singkong, daun pepaya, daun genjer, atau daun kangkung. Kebersihan kolam harus dikontrol dengan baik untuk mencegah hama dan penyakit yang dapat mengganggu kesehatan ikan. Ikan yang terserang penyakit segera dipisahkan di kolam karantina dan segera diobati.

Lama pembesaran
Lama sama sepeti pembesaran di kolam tanah, untuk menghasilkan gurame sebesar bungkus rokok atau 10-12 ekor/kilo dibutuhkan waktu 75-100 hari. Benih sebesar ini sudah dapat dipanen dan dijual atau dibesarkan lagi sampai 90-100 hari hingga mendapatkan gurame konsumsi ukuran 500 g/ekor. Pemanenan gurame di bak semen sama dengan pemanenan di dalam kolam tanah.

Pembesaran Ikan Gurame di Jaring Apung
Pembesaran dengan jaring apung atau karamba dapat dilakukan di danau dan waduk atau rawa. Jaring apung dibuat berbentuk bujur sangkar dan diletakkan di danau, rawa, atau waduk yang kondisi airnya baik dan tidak tercemar limbah beracun. Pembesaran gurami di jaring apung biasanya menggunakan jaring berukuran 1 x 1 x 1 m3 hingga 9 x 9 x 2 m3.

Cara pembuatan jaring apung sebagai berikut.
Siapkan sarana penunjang berupa drum plastik, pipa paralon ukuran 2 inci, pemberat 50 kg, papan ukuran 3 x 40 x 400 cm, serta tambang plastik berdiameter 0,5 inci.
Bentuk jaring apung sesuai ukuran dengan mengatur ikatan tali pada tonggak bambu.
Kantong jaring dipasang pada kerangka pada kerangka rakit saat akan ditebari ikan. Pasang kantong jaring dalam posisi yang mantap atau tidak bergeser-geser.
Jaring dibenamkan sedalam sekitar 30 cm dalam perairan dan mencuat sekitar 1 m di atas permukaan air.
Bagian dalam jaring diberi racun dari bahan saponin dengan dosis 10 g/l air untuk menbunuh hewan liar dan ikan pemangsa lainnya. Setelah aman, siap untuk ditebari benih.
Selama masa pemeliharaan, benih diberi pakan berupa pelet yang mengandung 25-30% protein. Pakan tersebut diberikan dengan dosis 3% dari total bobot benih. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap saat pagi, siang, dan sore hari. Setelah mencapai ukuran konsumsi, gurami hasil pembesaran di jaring apung sudah dapat dipanen. Pemanenan dilakukan dengan mengangkat salah satu sisi jaring sehingga gurami berkumpul pada sisi yang lain. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan seser.