Rabu, 13 April 2016

UNIT KEGIATAN PETERNAKAN


UNIT KEGIATAN PETERNAKAN HEWAN

Bisnis Ternak Sapi Potong di Indonesia Sangat Menggiurkan Populasi penduduk di Indonesia terbesar keempat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang tinggi diikuti pula dengan meningkatnya konsumsi daging sapi di tanah air terutama ketika hari raya tiba. Untuk memenuhi permintaan pasar yang kian melonjak, usaha peternakan sapi skala rumah tangga patut untuk dikembangkan.
Apalagi sampai sekarang, Indonesia masih terus kekurangan suplai daging sapi, sehingga harus mengimpor dari berbagai negara. Upaya yang dinilai mampu memberi kontribusi berarti bagi roda perekonomian bangsa itu juga disinyalir bermanfaat bagi perwujudan swasembada daging sapi di tanah air. 

Program usaha ternak Sapi skala rumahan terbukti membawa perubahan yang signifikan terutama bagi peternak. Program ternak rumah tangga yang ada di beberapa area telah marak digerakkan. Dengan cara konvensional, peternak sapi potong kelas rumahan itu mampu mengembangkan usahanya dengan keuntungan yang memadai.
Sistem budi daya ternak sapi berskala rumah tangga ini sudah lama diterapkan di sejumlah kawasan, mulai dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan kawasan Indonesia Timur. Menurut pandangan pemerintah, penerapan sistem ini tak hanya mendorong laju pertumbuhan produksi sapi potong dalam negeri tapi juga memberi pendapatan hingga berlipat ganda kepada peternak kecil sebagai mata pencariannya.
Usaha ternak sapi potong kelas rumahan sangat ekonomis, baik dari sisi biaya pemeliharaan maupun biaya pembuatan kandang. Karena skalanya kecil, pembuatan kandangnya pun biasanya berbentuk tunggal. Meski demikian, untuk memeroleh kualitas sapi potong yang bagus, ukuran kandang usaha sapi potong rumah tangga tak jauh berbeda dengan ukuran kandang untuk pembudidayaan sapi komersiil dalam skala besar. Begitu pula untuk masalah pakan ternak dan proses pemeliharaan sapi potong. 

selain kegiatan diatas, ada manfaat lain yang bisa didapat petani yang diperoleh dari limbah kotoran sapi. kotoran ternak merupakan turunan dari kegiatan memelihara sapi dan asil utamanya tentu saja daging. Namun demikian, di Dusun III Kampung Purwodadi Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah  kotoran ternak dimanfaatkan menjadi energi alternatif biogas ramah lingkungan.
Penduduk desa ini kebanyakan bermatapencaharian sebagi petani, kotoran ternak selain dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar  juga dapat mendukung usaha  tani  dalam penyediaan pupuk  organik, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.
Teknologi pengolahan biogas hanya  dengan peralatan yang sangat  sederhana, murah dan mudah diperoleh. Dengan demikian masyarakat sekitar mampu menghasilkan biogas memanfaatkan kotoran ternak sapi sebagai bahan bakar yang dimanfaatkan untuk memasak  dan penerangan ke depannya.
Pengolahan biogas  hanya dengan di gester yang terbuat dari bahan fiberglass. Peralatan itu dinilai tepat  diterapkan untuk masyarakat kecil mengingat  murahnya biaya instalasi serta kemudahan dalam pengoperasian nya.
Cara memanfaatkannya juga terbilang mudah.  Biaya yang dikeluarkan untuk mengubah kotoran menjadi energi atau bahan bakar  relatif terjangkau. Hasil yang dirasakan bisa menghemat pengeluaran keluarga. Itu dibandingkan jika menggunakan minyak atau gas elpiji untuk memasak.
Salah seorang masyarakat Dusun III, Bapak Heri mengatakan,  memanfaatkan kotoran sapi menjadi bahan bakar memang sudah  lama dicanangkan.
Tabung biodigester tersebut berisi kotoran sapi yang telah dicampur lumpur   untuk mempercepat proses pembuatan gas metana.  Dibutuhkan waktu 20 hari hingga bisa digunakan layaknya sebagai bahan bakar yang  menggunakan kompor gas.
Selain dimanfaatkan  gasnya,  kata dia, ampas atau sisa proses pembentukan biogas tersebut bisa digunakan untuk pupuk kompos. 
Untuk diketahui, biogas merupakan campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada material-material terurai secara alami dalam kondisi anaerobik. Pada umumnya biogas terdiri atas gas metana (CH4) 50 samapi 70 persen, gas karbon dioksida (CO2) 30 sampai 40 persen, hidrogen (H2) 5 sampai 10 persen, dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit.
 Bahan bakar yang satu ini  mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berasal dari fosil.  Sifatnya yang ramah lingkungan merupakan keunggulan dari biogas.
Kondisi ini merupakan suatu langkah untuk meminimalisir terjadinya pemanasan global yang diisukan berasal bari bahan bakar fosil.
Kasubdit Konservasi dan Rehabilitasi Lingkungan Dirjen PMD Kementerian Dalam Negeri, Dr Drajad Febrianto mengatakan, salah satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak, mencari sumber energi yang dapat diperbarui (renewable). Biogas  salah satu caranya.
Pengembangan energi terbarukan biogas dari kotoran ternak sapi ini merupakan langkah yang tepat dilakukan di Desa Mulya Subur. Karena di desa ini masyarakatnya sebagian ada yang beternak sapi. Seperti yang diketahui,  jelasnya, limbah ini mempunyai andil dalam pencemaran lingkungan.
Limbah  dari kotoran ternak  sapi  sering menimbulkan masalah lingkungan yang mengganggu kenyamanan hidup masyarakat disekitar  peternakan.
Namun itu berbeda di Desa Mulya Subur yang menurut dia, masyarakatnya sangat kreatif dalam pengembangan energi terbarukan dari kotoran ternak sapi menjadi biogas.
Terkait dengan hal itu,  salah satu kebijakan pemerintah untuk mensosialisasikan energi terbarukan ini dengan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai energi alternatif (biogas).
Walaupun skala biogas yang dihasilkan peternak kretif di Indonesia sekarang, sambungnya  masih untuk kebutuhan rumah tangga.
Dari penuturannya,  roduksi biogas memungkinkan pertanian berkelanjutan dengan sistem proses terbarukan dan ramah lingkungan. Pada umumnya, biogas terdiri atas gas metana (CH4) sekitar 55-80 persen. Yang mana  gas metana diproduksi dari kotoran hewan yang mengandung energi 4.800-6.700 Kcal/m3.